Kamis, 19 Agustus 2010

Mungkin, kita belum sepenuh hati mempercayainya

Dahulu ada dua orang yang masuk islam di hadapan Rasulullah saw. tak lama kemudian, salah satu dari kedua orang itu gugur syahid dalam satu peperangan. Sementara yang satunya lagi, baru meninggal satu tahun kemudian. Thalhah bin Ubaidillah bermimpi dan mengatakan, "Dalam mimpi aku melihat yang meninggal belakangan, yang lebih dulu dimasukkan ke syurga sebelum yang mati syahid pertama." Lalu esok harinya thalhah menyampaikan mimpinya itu kepada Rasulullah saw. Rasul bersabda, Bukankah yang meninggal belakangan itu telah berpuasa di bulan Ramadhan, dan shalat 6000 rakaat ini dan itu, lalu juga melaksanakan shalat sunnah? Dalam Riwayat lain Rasulullah saw mengatakan, "Bukankah ia telah memasuli bulan Ramadhan dan ia puasa dan sujud dalam satu tahun itu? Lalu Rasulullah saw mengatakan, "Sesungguhnya jarak antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi..." (HR. Ahmad)

Ini bukanlah cerita tentang ketidak adilan Allah karena telah memasukan Orang kedua sebelum orang yang pertama masuk syurga. karena mustahil bagi Allah memiliki sifat demikian. karena pada akhirnya, kedua-duanya bisa menghabiskan waktu bersama-sama di syurga-Nya. tapi ini adalah sebuah cerita tentang kemulian ramadhan bagi mereka yang menjalaninya. Karena semua ibadah yang dilakukan di bulan itu dilipat gandakan. Sehingga wajar jika pada akhirnya Rasulullah mengatakan bahwa dia (orang kedua) telah shalat sebanyak 6000 rakat dan dalam riwayat lain di katakan bahwa ia telah puasa dan sujud dalam satu tahun itu. Dan adalah wajar jika ia menjadi orang pertama yang masuk kedalam syurga-Nya.

Begitulah salah satu cara Allah meyakinkan kita supaya kita mau mempercayai bahwa ramadhan adalah bulan termulia, bulan terbaik dari segala bulan yang ada. Dan tidak hanya itu, rasulullah saw pun telah banyak menyampaikan hadist-hadistnya yang telah mengambarkan ramadhan dengan segala kemuliaannya, itupun dengan alasan yang sama, agar kita mau mempercayainya bahwa ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, kebaikan dan bulan yang penuh akan pengampunan. karena pada akhirnya, hanya kepercayaanlah yang mampu menggerakan kita untuk bisa dan mau memuliakan apa yang di percayainya.

Dan bahkan dalam satu kesempatan Rasulullah saw sempat seolah hendak beranalogi kepada kita agar kita benar-benar percaya akan kemulian bulan ramadhan ini, sebagaimana dalam sabdanya

"Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya."

Dan sebelum kita membahas lebih jauh hadist ini, mungkin ada hal yang terlebih dulu mesti kita pahami dari maksud dari dua kebahagiaan dalam hadist ini :

Pertama, Kebahagiaan ketika kita berbuka

Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.

Kedua, kebahagian ketika berjumpa dengan Rabbnya

adalah kebahagian ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia butuhkan. "Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (Qs. Al Muzammil: 20)

kalau kita mencoba melihat dari dua kebahagia di atas, maka kebahagian pertama adalah kebahagiaan yang sangat mudah kita pahami dan mudah kita mengerti. Kenapa? Karena memang kita pernah mengalaminya, pernah merasakannya dan kita pun benar-benar mengakui akan kebahagiaan itu.

Tapi untuk kebahagian yang kedua ini bagaimana? Kalau kita mau jujur, pemahaman kita akan kebahagiaan yang kedua ini tak sebaik ketika kita memahami kebahagiaan yang pertama(berbuka). Mungkin karena kita belum pernah mengalaminya dan juga belum pernah merasakannya. Padahal justru sebenarnya kita harus benar-benar bisa memaknai dan memahami makna kebahagian yang kedua ini ketimbang kebahagiaan yang pertama. Karena kebahagiaan kedua inilah yang justru bisa menghantarkan kita untuk bisa menghormati ramadhan dengan segala kemuliaannya.

Dan itulah kenapa Rasulullah saw seolah hendak mengadakan pendekatan akal kepada kita, bahwa kita akan benar-benar mendapatkan kebahagian ketika berjumpa dengan Allah, seperti kebahagian yang telah benar-benar kita rasakan ketika kita berbuka. Dan tentu dengan kadar kebahagian yang lebih besar ketimbang kebahagiaan yang pertama. Karena pada akhirnya, kebahagia pertama hanya sekedar sinyal dari kebahagiaan yang kedua.

Dan hari ini, ketika kita tengah menanti detik-detik kehadirannya (ramadhan), maka marilah kita mencoba tuk percaya bahwa ramadhan adalah tamu termulia yang Allah pernah hadirkan kepada kita. Karena hujan yang selama ini kita ridukan, hanya akan turun bersama dengan kepercayaan dan pemaknaan yang mendalam kita akan kemuliaannya (Ramadhan). Ya, hujan ibadah dan amal yang akan menumbuhkan pohon takwa dalam diri kita.

Dan kalau sekiranya ia(Ramadhan) telah benar-benar hadir ketengah kita , tapi kita masih saja menyia-nyiakannya, menodainya dan tidak pernah menganggap kehadirannya. Maka mungkin, sebenarnya kita belum sepenuh hati mempercayainya (Kemuliaan Ramadhan)

Wallahu a'lam Bisshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar