Jumat, 25 Juni 2010

Ketika Allah melindungi kita

By : Chairil Musa Bani


“Paman, mengapa engkau mendo’akan banyak orang dan tidak mendoa’akan dirimu sendiri agar Allah memulihkan pandangan matamu”
Begitulah sebuah pertanyaan yang pernah di sampaikan seorang anak kecil yang bernama Abdullah bin Sa’id kepada salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang ketika itu banyak orang yang memohon agar di do’akan  karena do’anya dianggap lebih didengar oleh Allah swt. Sahabat   Rasulullah itu bernama, Sa’ad bin Abi Waqash.

Saudaraku,
Diamlah sebentar saja. Lalu, baca dan renungkanlah bunyi perkataan Sa’ad bin Abi Waqash, sahabat Rasulullah saw yang saat menjelang wafatnya meminta dikafani dengan pakaian perangnya saat perang badar itu,”Anakku, ketetapan Allah atas mataku, yang tidak melihat, itu lebih aku sukai daripada kembalinya penglihatanku”(Madaarij As-Salikin 2/227)

Saudaraku,
seperti itulah cara Allah melindungi hambanya dari segela kesedihan atas setiap takdir yang sebenarnya secara manusiawi kita pantas bersedih karenannya. Seperti pantasnya jika Sa’ad bi Abi Waqash bersedih karena kebutaan yang di deritanya. Tapi ternyata apa? Ternyata kebahagian bagi seorang Sa’ad bin Abi Waqash adalah justru pada kebutaan yang Allah tetapkan padanya.
Ya, itu semua terjadi karena perlindungan Allah yang diberikan kepada Sa’ad bin Abi Waqash dengan cara menanamkan perasaan ridha atas setiap takdir-Nya.

 Begitulah perlindungan Allah, ia sangat kuat dan mengikat. Sekuat apapun orang berniat untuk menghancurkan kekuatan orang yang telah beri perlindungan Allah, maka ia tidak akan perna mampu menghancurkannya. Dan sepahit apapun kenyataan hidup yang menyapanya, maka itu takan mampu membuatnya bersedih karena Allah telah melindunginya dengan kesabaran.

Dan ini bukan soal tentang kuatnya orang yang dilindungin-Nya. Tapi ini adalah soal kuatnya perlindungan-Nya. Sehingga janganlah aneh ketika kita mendengar berita tentang seseorang yang dengan berani mengakhiri hidupnya hanya karena sebuah alasan, asmara putihnya kandas di tengah jalan. Dan ini terjadi karena mereka berlindung pada sebuah kenyataan bahwa kebahagian hidup bagi mereka adalah ketika bisa hidup bersama kekasih yang dicintainya itu. Ya, mereka berlindung pada selain Allah
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”(QS.Al-Ankabut : 41)

Saudaraku,
Begitulah Allah mengumpamakan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, Mereka sangat lemah. Mereka bisa saja berlindung di balik istananya yang megah, tapi mereka tidak merasakan kebahagian karena takut kehilangan, mereka bisa saja berlindung di kursi jabatan yang tinggi, tapi hati mereka resah memikirkan bagaimana mana cara mempertahankan kursi jabatannya. Mereka bisa saja mengelabui kita, bahwa pelindung-pelindung mereka mampu membahagiakan mereka, padahal sebenarnya kebahagian mereka semu adanya.

Saudaraku,
Betapapun lemahnya sarang laba-laba, tapi entah kenapa Allah justru menjadikannya pelindung bagi Nabi-Nya dan salah seorang sahabatnya (Abu Bakar) di sebuah gua dalam perjalanan hijrahnya. Kenapa Allah tidak mengutus malaikat untuk melindunginya, Allah tidak meminta gunung untuk menjaganya, dan tidak memerintahkan halilintar untuk menyabar siapa saja yang mendekati nabi-Nya? Tapi justru hanya dengan sebuah sarang laba-laba. Padahal Allah sendiri pernah berfirman,“Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”

Saudaraku,
Sarang laba-laba hanyalah sebuah atribut keduniawian, yang Allah jadikan perantara sebagai pelindung nabi-Nya di taman hijrah. Dan kekuatan bukahlah berasal dari sebuah sarang laba-laba yang telah melindungi nabi-Nya. Karena mudah saja bagi musuh menghancurkannya walaupun ketika itu ada seribu lapis sarang laba-laba yang melindunginya. Tapi kekuatan itu berasal daripada perlindungan Allah semata, terlebih ketika itu sang Nabi telah mencoba meyakinkan sahabatnya akan sebuah keyakinan bahwa mereka berada dalam lindungan-Nya dengan berkata, “jangalah kamu takut, dan janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”

saudaraku
apapun yang yang melekat pada diri kita saat ini adalah sekedar atribut keduniawian semata. Baik itu harta kita, jabatan kita dan keadaan kita. Sedikit apapun harta yang kita miliki saat ini, tetaplah minta perlindungan Allah dengan qona’ah. Karena cukup itu relative, tapi merasa cukup (qona’ah) hanya mengenal satu rasa, satu bahasa dan, satu makna. sesempit dan sepahit apapun kenyataan hidup yang tengah kita jalani, tetapah minta perlindungan Allah dengan bersabar dan berpasangka baik atas ketentuan-Nya. Karena hanya itulah yang bisa mengantarkan kita pada sebuah keadaan bahwa kita masih kuat dan tetap bisa bertahan. dan Serendah apapun jabatan dan status pekerjaan kita, tetaplah minta perlindungan Allah dengan niat yang baik karena-Nya. Karena walaupun kita hanya seorang tukang sapu, itu akan bernilai ibadah ketika kita memulai itu semua dengan niat baik karena-Nya.

Dan kalau sekira kita termasuk orang yang berhasil atas semua keadaan tersebut. Maka tetaplah kita berlindung kepada Allah dari kesombongan dan keangkuhan, sebagaimana Allah pernah mengajarkan nabi-Nya untuk berlindung dari kedua hal itu ketika pembebasan kota makkah.
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”(QS. An-Nasr : 1-3)

Ya, dengan memuji dan memohon ampun kepada-Nya. Karena hanya dengan memuji kita berarti mengakui bahwa kita takkan pernah berhasil kecuali tanpa pertolongan dan perlindungan-Nya. Dan dengan beristigfar, itu bisa membersihkan kita dari kekhilafan hati yang mungkin sempat terbesit perasaan bangga dan berjasa atas keberhasilan yang telah tercapai.

Saudaraku,
Tahukah kita bagaimana keadaan Rasulullah ketika beliu tengah memasuki kota makkah pada saat peristiwa pembebasan kota Makkah itu? Beliu tertunduk ! beliau sadar bahwa tak ada yang pantas beliau sombongkan atas kebarhasilan yang telah Allah berikan, sesadar beliau atas perlindungan Allah ketika melindunginya dari kepungan orang-orang kafir qurais di rumahnya dengan mengaburkan pandangan mata mereka. Dan sesadar beliau atas perlindungan Allah ketika di gua tsur dalam perjalanan hijrahnya.

Saudaraku,
Adakah kita sadar atas perlindungan-perlindungan yang pernah Allah berikan kepada kita sebagaimana sadarnya beliau akan perlindungan-perlindungan-Nya? Masikah kita menafikan tentang indahnya perlindungan Allah ketika kita masih masih kanak-kanak? Di saat ibu, bapak, dan semua manusia tertidur, sementara Allah tak pernah tertidur dan selalu menjaga kita? Dan untuk menjaga kita, Dia juga telah menitipkan rasa cinta dan sayang kepada seorang manusia, yang kita diajarkan untuk memanggilnya ‘ibu’.  Sehingga kalau ada saat-saat dimana kita merindukan detik-detik indah ketika ibu memanjakan kita dengan ciuman lembut cintanya dan pelukan hangat kasih sayangnya, maka ingatlah juga, bahwa itu adalah salah satu di antara saat-saat ketika Allah melindungi kita.

wallahu a'lam bisshawaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar